Pengembangan Transportasi Publik Berbasis Smart Mobility Di Kota Makassar
DOI:
https://doi.org/10.24903/fpb.v4i1.739Keywords:
Transportasi Publik, Smart Mobility, BRTAbstract
Artikel ini membahas tentang pengembangan trasportasi publik berbasis smart mobility di kota Makassar dan untuk mengetahui hambatan dalam pengembangan trasportasi publik berbasis smart mobility di Kota Makassar. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Data diproses dari hasil wawancara, dan observasi kemudian dianalisa dengan melihat ditinjau dari sejumlah aspek manajemen transportasi perkotaan yang dikemukakan yaitu Sistem Transportasi, Alternatif Akses, Acceptability, dan Berbasis Data (Aplikasi). Kemudian penelitian ini juga melihat hambatan yang ditemukan dalam penelitian ini. Adapun aktifitas dalam analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem transportasi di Kota Makassar terintegrasi dengan sistem transportasi yang dirancang oleh pemerintah provinsi selain itu sistem didukung dengan adanya kolaborasi dengan berbagai pihak dalam implementasi BRT (Bus Rapid Transit). Proses pengintegrasian sistem transportasi melalui proyek BRT telah menyiapkan sejumlah sarana prasana seperti pembukaan koridor halte yang telah memiliki jalur Bus Line namun belum optimal karena tidak memiliki jalur Busway sendiri masih melewati jalur umum bersama dengan kendaraan lainnya padahal BRT ini dapat maksimal dan efektif bila menggunakan jalur Busway tersendiri. Kemudahan masyarakat dalam memanfaatkan BRT belum terwujud secara optimal ini terlihat dari waktu menunggu dan jadwal kedatangan BRT yang sulit diprediksi, oleh karena itu akses BRT ini masih belum dapat dikategorikan sebagai alternatif akses. Aplikasi yang diakses masyarakat melalui smart phone berbasis android masih membutuhkan pengembangan dan penyesuaian fitur-fitur dalam aplikasinya. Selain itu, penggunaan aplikasi transportasi seperti Grab dan Gojek yang diaplikasikan secara online lebih diminati masyarakat karena lebih cepat dan sangat fleksibel sementara BRT mesti menunggu pada halte yang disediakan dengan perkiraan waktu yang tidak menentu.
References
Arena, M., Cheli, F., Zaninelli, D., Capasso, A., Lamedica, R., & Piccolo, A. (2013). Smart mobility for sustainability. In AEIT Annual Conference, 2013 (pp. 1-6). IEEE.
Dewi, N.U. (2017). Efektivitas Pelayanan Transportasi Publik (Studi Kasus: BRT Mamminasata). Makassar: Universitas Hasanuddin.
Harsasto, P. (2016). Partisipasi Publik Dalam Penyelenggaraan Transportasi Massal Kota Surakarta 2014-2015. Politika: Jurnal Ilmu Politik, 6(2), 81-92.
Haryadi, B., & Riyanto, B. (2007). Kepadatan Kota Dalam Perspektif Pembangunan (Transportasi) Berkelanjutan. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 9(2), 87-96.
Moleong, L. J. (2007). Qualitative research methodology. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Year.
Ratodi, M. (2016). Pendekatan Perencanaan Perkotaan Dalam Konteks Kesehatan Perkotaan. EMARA Indonesian Journal of Architecture, 2(1), 35-41.
Saifuddin, R., & Nuzir, F. A. (2017). Smart People, Smart Mobility. Retrieved from: www.researchgate.net.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Susetyo, D. B., Suprayogi, A., & Awaluddin, M. (2012). Pembuatan Aplikasi Peta Rute Bus Trans Jogja Berbasis Mobile GIS Menggunakan Smartphone Android. Jurnal Geodesi Undip, 1(1).
Suweda, I. W. (2011). Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan, Berdaya Saing dan Bero-tonomi. Jurnal ilmiah teknik sipil, 15(2).